Selama lebih dari lima dekade, program Landsat telah menjadi tulang punggung dalam pengamatan Bumi. Data yang dihasilkan satelit-satelit ini tidak hanya berharga bagi ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi, lingkungan, hingga keamanan nasional. Dari memantau kekeringan di wilayah barat Amerika, mendukung pemulihan bencana, hingga membantu pengelolaan sumber daya, citra Landsat telah menjadi referensi global yang diandalkan.
Salah satu satelit penting dalam sejarah panjang ini adalah Landsat 7, yang diluncurkan pada tahun 1999 sebagai misi bersama antara NASA dan USGS (United States Geological Survey). Selama 25 tahun beroperasi, satelit ini telah memberikan kontribusi luar biasa, menjadi bagian integral dalam rangkaian rekaman citra Bumi yang berkesinambungan. Kini, setelah menyelesaikan misinya pada tahun 2024, Landsat 7 memasuki fase dekomisioning, menutup babak penting dalam sejarah penginderaan jauh.
Landsat 7 membawa sensor Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+), yang pada masanya menghadirkan peningkatan resolusi spasial dan kualitas citra dibandingkan pendahulunya. Dengan kemampuan ini, satelit berhasil merekam berbagai peristiwa bersejarah, seperti dampak tragedi 11 September 2001, badai Katrina, hingga tumpahan minyak besar Deepwater Horizon. Tak hanya itu, kontribusinya juga tercatat dalam proyek penting seperti Landsat Image Mosaic of Antarctica, yang menyajikan peta citra menyeluruh benua es tersebut, serta koleksi populer “Earth As Art” yang menampilkan keindahan visual permukaan Bumi melalui citra satelit.
Selama operasinya, Landsat 7 menorehkan sejumlah pencapaian unik. Ia adalah satelit Landsat pertama yang menyalurkan data ke stasiun bumi baru milik USGS di Sioux Falls, South Dakota. Selain itu, setelah diluncurkan oleh NASA, satelit ini menjadi yang pertama dioperasikan penuh selama 24 jam oleh USGS. Fakta ini menandai peralihan penting dalam pengelolaan operasional satelit penginderaan jauh di Amerika Serikat.
Meski misi utamanya berakhir, data citra Landsat 7 tetap tersimpan dengan aman di USGS Earth Resources Observation and Science Center. Arsip ini akan terus mendukung penelitian dan pengambilan keputusan di masa depan. Data yang dihasilkan tidak hanya membantu petani dan pengelola lahan, tetapi juga menjadi rujukan penting bagi perencana kota, ilmuwan, hingga masyarakat di seluruh dunia dalam memahami serta mengelola sumber daya alam.
Sebagai bagian dari kebijakan luar angkasa yang bertanggung jawab, USGS mempersiapkan proses dekomisioning Landsat 7 dengan hati-hati. Orbit satelit diturunkan untuk mengurangi risiko tabrakan, sementara sumber energi seperti bahan bakar dan baterai dikosongkan agar tidak menimbulkan potensi masalah di masa mendatang. Dalam fase barunya ini, Landsat 7 akan tetap mengorbit tanpa aktivitas selama sekitar 55 tahun sebelum akhirnya masuk kembali ke atmosfer Bumi dan terbakar.
Kini, tongkat estafet pengamatan Bumi diteruskan oleh Landsat 8 (diluncurkan 2013) dan Landsat 9 (diluncurkan 2020), yang bersama-sama mampu menghasilkan cakupan citra global setiap delapan hari. Ke depan, generasi berikutnya, yaitu Landsat Next, direncanakan meluncur pada awal 2030-an dengan kemampuan lebih canggih serta cakupan lebih luas.
Kisah Landsat 7 menegaskan bahwa meskipun sebuah satelit memiliki masa aktif terbatas, warisan data dan pengetahuan yang diberikannya akan terus hidup, menjadi pijakan berharga bagi ilmu pengetahuan, kebijakan, dan pengelolaan sumber daya Bumi di masa depan.

Sumber